UPACARA ADAT SEREN TAUN
Seren Taun adalah upacara syukuran warga (para petani) atas hasil bumi yang diperoleh. acara ini menjadi tradisi yang
biasa dilaksanakan setiap tahun di daerah Cigugur - Kuningan, Jawa Barat.
SerenTaun biasa dilaksanakan bertepatan pada tanggal 22 bulan Rayagung, dimana bulan Rayagung adalah bulan terakhir
dalam perhitungan kalender Saka Sunda. Seren Taun merupakan sebuah tradisi masyarakat agraris dalam berhubungan
dengan Tuhan, dan antar sesama manusia serta alam sekitarnya. melalui ritual
ritual sakral sekaligus digelar pula kegiatan kesenian tradisional,
sosial dan budaya. Upacara seren Taun adalah sebagai wujud ungkapan rasa syukur atas berkat dan karunia yang diberikan oleh "Hyang Widhi" kepada para petani selama satu tahun terakhir, dalam mengolah lahan pertanian sehingga dapat diperoleh hasil panen yang bermanfaat bagi kehidupan. Hal tersebut tercermin dari hasil panen yang dipersembahkan berupa segala macam hasil bumi yang berupa 'buah - beuti' (buah buahan dan umbi-umbian) yang bisa dimakan maupun tidak, hasil bumi tersebut diarak oleh warga dari empat penjuru mata angin yang kemudian bertemu di satu titik utama yaitu di halaman gedung "Cagar Budaya Paseban 351", prosesi arak arakan tersebut biasa disebut dengan 'Ngajayak'. Ada banyak acara dan ritual yang ditampilkan dalam upacara Seren Taun.
di antaranya adalah Pesta Dadung, Damar Sewu, Tari Buyung, Angklung
Buncis, Angklung Baduy, dan lain sebagainya. Damar Sewu adalah sebagai
gambaran manusia yang mengalami penerangan dalam menjalani
kehidupan baik sosial maupun pribadi. Tari Buyung
mencerminkan tradisi cara masyarakat sunda di masa lampau dalam mengambil air, sedangkan ketika
'nyuhun' Buyung sambil berdiri di atas kendi melambangkan seperti
pepatah "di mana bumi dipijak di situ langit di junjung" . Dan Pesta
Dadung atau sering disebut ritual buang hama adalah sebagai upaya
ruwatan antara energi positif dan negatif akan
keseimbangan alam. Pada hari puncak acara Di awali dengan upacara Ngajayak. Setiap rombongan dalam arak-arakan ngajayak tersebut terdiri dari beberapa
pasangan 'mojang dan jajaka' dimana si mojang membawa padi yang disimpan
di atas 'nyiru' dan di payungi oleh jajaka dengan menggunakan payung
janur yang dihias sedemikian rupa. selain mojang dan jajaka ada juga
ibu-ibu yang 'nyuhun' nyiru yang di atasnya terdapat 'pare geugeusan'
(padi yang di iket pada tangkainya, ada pula dalam nyiru tersebut yang
berisi 'sangu sabogana' " (nasi uduk yang berbentuk kerucut, menyerupai
gunung). Selain ibu-ibu ada juga bapak-bapak yang menari-nari sambil
memikul padi dengan menggunakan 'rengkong' (pikulan dari bambu bulat
yang diberi lubang kecil sehingga jika digoyang mengeluarkan bunyi). Dan
pada barisan terakhir adalah kelompok bapak-bapak yang menggotong
'memeron' (tempat gotongan yang dihiasdan dibentuk hewan maupun
manusia) yang di dalamnya berisi buah-beuti. setelah prosesi ngajayak kemudian disusul dengan tari buyng, angklung buncis, angklung kanekes, goong renteng, kemudian diadakan juga doa bersama, dari setiap agama yang diwakili oleh para pemuka agama masing-masing dan pada acara puncaknya sendiri adalah semua warga serta
seluruh pengunjung bersama-sama 'Nutu' (menumbuk padi menggunakan lesung dan alu), dan semua
pengunjung boleh mengambil semua buah beuti yang ada.
Tari Buyung |
Dalam Upacara Seren Taun inilah dituturkan kembali kisah kisah klasik
pantun serta sastra sunda yang menceritakan tentang perjalanan Pwah Aci
(nyi Poh Aci) Sang Hyang Asri dengan sebutan lain adalah Dewi Sri merupakan utusan
dari Jabaning Langit diturunkan ke bumi untuk memberikan kesuburan tanah
bagi petani.
Rombongan dalam Prosesi Ngajayak |
Upacara Seren Tahun ini turut mengundang suku sunda wiwitan lainnya.
adalah Suku Baduy Kanekes, yang mempunyai ritual Ngareremokeun yang
berarti mempertemukan dan mengawinkan benih padi jantan dan betina.
Berikut menampilkan tarian tarian khas baduy. Kemudian ada juga yang
menarik untuk diketahui yaitu adanya masyarakat adat Dayak
Bumi Segandhu Losarang, Indramayu . Semakin
lengkaplah tradisi budaya Indonesia yang layak untuk diketahui, dijaga dan dilestarikan oleh kita semua..
Bapak-bapak sedang memikul Rengkong sambil menari (kiri), padi dan buah beuti (kanan) |
Untuk melihat video seren tahun anda bisa klik video seren taun cigugur-kuningan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar