Penyusunan kurikulum baru pendidikan nasional
diharapkan rampung pada Februari 2013. Sebelum disahkan dan
diaplikasikan, pemerintah akan melakukan uji publik terhadap rancangan
kurikulum itu untuk memperoleh kritik dan masukan dari masyarakat.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Rabu (19/9), di Jakarta,
mengatakan, dua tim sudah dibentuk dan sedang bekerja. ”Hasil kerja dua
tim penyusun kurikulum akan diuji publik sebelum Februari 2013. Fase ini
tak boleh dilupakan. Pasti akan ada perbedaan pendapat nanti,” ujarnya.
Pelaksana
Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Suyanto menambahkan,
tim pertama bertugas menyusun kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Adapun tim kedua bertugas menyusun kurikulum pendidikan tinggi.
”Anggota
tim terdiri dari Kemdikbud, Badan Standar Nasional Pendidikan, dan
tokoh-tokoh pendidikan. Para tokoh itu yang tahu masalah dan tantangan
bangsa ke depan,” kata Suyanto.
Tim penyusun juga mengevaluasi
kurikulum yang berlaku saat ini. Misalnya, soal banyaknya mata pelajaran
yang harus dipelajari siswa, jam sekolah, hingga mencari penyebab
mengapa sering terjadi tawuran siswa, rendahnya kemampuan siswa
berbahasa asing, serta berbagai persoalan lain.
Sampai saat ini,
tim sedang membahas penentuan kompetensi lulusan siswa di setiap jenjang
pendidikan. ”Akan diperjelas juga karakter spesifik apa yang hendak
dibentuk, misalnya nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan,” katanya.
Racikan sendiri
Agar
bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa, kurikulum yang disusun
pun harus sesuai dengan identitas Indonesia. Hal ini, kata Nuh, berarti
kurikulum yang baru tidak akan berkiblat pada kurikulum negara
tertentu. Meski begitu, tim penyusun kurikulum diminta mempelajari
kurikulum negara lain, terutama anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD), antara lain Amerika Serikat, Jerman,
Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Finlandia.
”Kita
tidak berkiblat pada negara mana pun, tetapi kita pelajari semuanya,
termasuk negara yang gigih terhadap pendidikan karakter kebangsaan,
seperti Korea dan Jepang, yang termasuk negara maju tetapi identitas
dirinya sangat kuat. Intinya, tidak serta-merta yang ada di luar itu
kita fotokopi. Semua kita pelajari dan ramu,” papar Nuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar