Matias Dedi - Pakar pendidikan Arief Rachman mengatakan, pemerintah harus
menargetkan perubahan perilaku yang baik pada peserta didik sebagai
tujuan dari perbaikan kurikulum pendidikan nasional yang dilakukan.
Kurikulum yang baik, ungkapnya, harus mampu menyeimbangkan aspek
akademik dan karakter sehingga mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang
aman, nyaman dan menyenangkan.
"Kurikulum apapun itu yang penting
bagaimana proses mencerna kurikulumnya, bukan untuk menguasai
pelajaran, tetapi menyelesaikan dengan perilaku," ucap Arief di Jakarta,
Selasa (2/10/2012) malam.
Arief mengatakan, kurikulum harus bisa
membantu siswa dalam mencerna mata pelajaran untuk menumbuhkan sikap
saling menghormati, toleransi, harmoni dalam kehidupan yang penuh
kedamaian. Oleh karena itu, kepadatan materi harus dikurangi dan guru
harus didorong untuk bisa membawakan pelajaran dengan menyenangkan dan
lebih hidup .
Dalam konsepnya, Arief mengatakan metode
penyampaian materi tersebut sudah lebih mengedepankan aspek jangka
panjang dari mulai TK sampai pendidikan menengah.
"Proses
afektifnya harus kuat. Jangan cuma hafal rumus, tapi ada percobaannya
dan kedisiplinan ilmu. Sehingga belajar itu pun jadi instrumen untuk
membentuk watak mereka," tuturnya.
Meski banyak dikatakan bahwa
lingkungan di luar sekolah juga memengaruhi watak siswa, Arief tetap
mengusulkan pendidikan karakter diselenggarakan di sekolah.
"Pengaruh
lingkungan luar memang ada, tapi bagi anak kebanyakan, sekolah adalah
sentral pembentukan watak anak. Proses pendidikan di sekolah lebih besar
porsinya dalam membina tidak hanya akal tapi hati dan akhlaqnya,"
tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar