MACAM MACAM GAYA MENGAJAR PENJAS
GAYA KOMANDO
Gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru.
Tujuannya adalah penampilan yang cermat. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran
dan ia sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan
memantau kemajuan besar dari perkembangan siswanya. Pada dasarnya gaya ini
ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, gaya itu
dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan
melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan. Siswa dibimbing ke suatu tujuan yang sama bagi semuanya. Memang
Gaya Mengajar Komando kebanyakan terbukti efektif karena ilmu yang diperoleh
oleh siswa akan cepat diserap dan dapat dimengerti, inilah peran guru
dibutuhkan sepuasnya. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran yang mendukung dan
yang efektif.
Penerapan
Gaya Komando :
·
Ingin diajarkan ketrampilan khusus atau khas
·
Menangani kelas yang sulit dikendalikan
·
Ingin mencapai kemajuan yang lebih cepat
·
Sekelompok anak yang memerlukan bantuan khusus
Peran guru pada pembelajaran ini sangat
dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh
guru, sedangkan peserta didik/siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun
pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan,
dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan
yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid. Stimulus berupa
tanda/komando yang diberikan guru, akan mengawali setiap gerakan peserta
didik/siswa dalam menampilkan gerakan sesuai dengan contoh dari guru.Gaya
komando sangat sesuai untuk kegiatan pembelajaran stretching, kalestenik dan
teknik dasar
Kelemahan
Dan Keuntungan Gaya komando
a)
Kelemahan Gaya Komando Adalah :
Ø Kurang mengembangkan penalaran
Ø Kurang mengembangkan pembentukan
sifat
Ø
Tidak demokratis Penyaluran aspek sosial, emosional, dan kognitif sangat
terbatas
b)
Keuntungan gaya Komando Adalah :
Ø
Keseragaman gerak
Ø
Jika dilakukan oleh banyak orang dapat membuat suasana indah dan menyenangkan
Ø
Mengembangkan perilaku disiplin
Ø
Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
Sasaran
gaya Komando
ü
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
ü
penampilan yang sama/seragam
ü
mengikuti model yang telah ditentukan
ü
ketepatan dan kecermatan respons
ü
meningkatkan semangat kelompok
ü
penggunaan waktu secara efisien
GAYA LATIHAN
Dalam
gaya ini siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan,
sedangkan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan. Disini
guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan
menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Gaya latihan
sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar. Di dalam gaya
tugas ini siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar, maksudnya
guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri
kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya. Dalam gaya ini, guru tidak
menghiraukan bagaimana kelas organisasi, atau apakah siswa melakukan tugas itu
secara serempak atau tidak karena hal itu tidak begitu penting baginya. Tugas
dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas sesuai
dengan kemampuannya dan dia juga dapat dibantu oleh temannya, atau tugas itu
dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil.
Ciri
Ciri Gaya Latihan
§ Rumusan tujuan, pemilihan aktifitas
belajar dan urutan kegiatan belajar ditentukan oleh guru.
§ Siswa hanya diberi kebebasan dalam
menentukan tempo latihan
Penerapan
Gaya Latihan
v Tugas diberikan secara lisan atau
tulisan
v Tugas lisan atau tulisan dibuat
secara jelas dan singkat
v Siswa melakukan tugas dengan
kemampuannya
Kelemahan
Dan Keuntungan Gaya Latihan
a)
Kelemahan
Ø Kurang mengembangkan kreatifitas
Ø Tugas yang kurang jelas dan terlalu
panjang dapat menimbulkan lupa
Ø Bagi sebagian anak dapat menghindari
dari tugas yang sebenarnya
b)
Keuntungan
Ø Guru dapat memberikan umpan balik
secara individual
Ø Dapat mengembangkan rasa tanggung
jawab
GAYA RESIPROKAL (BERBALASAN)
Pada
gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu
(dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/siswa yang berperan sebagai
pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang
bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh
temannya (pelaku) dfengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah
disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari
kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh
peserta didik/siswa sendiri secara bergantian. Melalui upaya mengevaluasi
aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang
benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka
mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Tanggungjawab
dan pemberian umpan balik diberikan kepada siswa. Untuk pelaksanaan gaya
resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya
resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan. Gaya resiprokal
juga memberikan kesempatan kepada teman sebaya untuk memberikan umpan balik dan
peranan ini memungkinkan: 1. peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya 2.
umpan balik secara langsung.
Sasaran
Gaya Resiprokal
1.
Tugas (Materi Pembelajaran):
Ø
Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat
Ø
Siswa menerima umpan balik langsung
Ø
Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan penampilan tugas
2.
Peranan Siswa:
Ø
Memberi dan menerima umpan balik
Ø
Mengamati penampilan teman dan mengoreksi
Ø
Menumbuhkan kesabaran dan toleransi
Ø
Memberikan umpan balik
Akibat
ada interaksi social antara siswa dengan pasangannya :
ü
Umpan balik langsung
ü
Guru mengamati pelaku dan pengamat, tapi hanya berkomunikasi dengan pengamat
ü
Guru memberikan kriteria perilaku yang harus ditampilkan sebelum pelaksanaan
pembelajaran
Peranan
Guru
·
Menjawab pertanyaan dari pengamat
·
Berkomunikasi dengan pengamat
·
Memantau pelaksanaan pembelajaran
Hal
Hal Yang Dilakukan Guru Sesudah Pembelajaran:
1.
Menerima criteria perilaku
2.
Mengamati penampilan perilaku
3.
Membandingkan dan mendiskusikan penampilan dengan kriteria perilaku
4.
Menyimpulkan hal hal mengenai penampilan kepada perilaku
5.
Menyimpulkan posisi atau level penampilan disbanding dengan kriteria
6.
Guru harus menjawab / mengomentari pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan
siswa.
Hal
Yang Perlu Ditekankan Kepada Pengamat :
1.
Pengamat harus berperilaku sesuai dengan kriteria perilaku pengamat
2.
Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik sesuai dengan kriteria perilaku
Keuntungan
atau kerugian.
Gaya
ini memberikan keuntungan antara lain sbb:
ü
memberikan umpan balik seketika tanpa di tunda tunda yang mempunyai pengaruh
nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik ini berupa informasi tentang
apa yang diperbuatnya baik yang benar atau yang keliru.
ü
dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil. Sehingga aspek sosialnya
berkembang.
ü meningkatkan
proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau
pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya, mengamati kegiatan belajar teman itu
merupakan suatu proses belajar mengajar juga.
Kelemahan
itu dapat dikemukakan sbb:
q
Sering menimbulkan situasi yang emosional antar apelaku dan pengamat yang
disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang
bersangkutan. Perilaku yang berkelebihan antara alain menyampaikan dengan nada
mengejek, menghakimi, bergaya mengurui yang serba tahu.
q Pada umumnya
pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil
belajar yang pemah dilakukan sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil
pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan anatara siswa
pelaku dan siswa pengamat.
q Sering juga terjadi
pasangan ini justru memantapkan suatu perilaku belajar yang sama, disebabkan
mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera
dalam lembaran kerja.
SELF CHECK STYLE (GAYA MENILAI DIRI SENDIRI )
Pengertian dari Self Check Style adalah Menilai penampilannya sendiri dan
menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri serta belajar
bersikap objektif terhadap penampilannya, baik belajar menerima
keterbatasannya, membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan
sesudah pelajaran. Dalam gaya ini siswa lebih mandiri dibanding dengan gaya
sebelumnya. Dalam gaya ini siswa membandingkan antara apa yang dilakukan dengan
kriteria dari guru.
Implikasi
Gaya Menilai Diri Sendiri :
Ø
Guru mendorong kemandirian siswa
Ø
Guru mendorong siswa utk mengembangkan keterampilan dan memantau sendiri
Ø
Guru mempercayai siswa
Ø
Guru mengajukan pertanyaan yang berpusat pada proses periksa diri dan
pelaksanaan tugas
Ø
Siswa belajar sendiri
Ø
Siswa mengenali keterbatasannya
Ø
Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa diri
Peranan
Siswa :
ü
Menilai penampilannya sendiri
ü
Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri
ü
Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
ü
Belajar menerima keterbatasannya
ü
Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan
Memilih
Desain tugas :
a.
guru dapat memilih satu tugas untuk semuanya
b.
mendesain tugas yang berbeda-beda, menyediakan berbagai tugas sesuai dengan
kemampuan siswa
c.
lembaran kriteria. lembaran tugas gaya ini sama dengan gaya latihan
GAYA INKLUSIF/PARTISIPATIF ( INCLUSION STYLE)
Pada
gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan,
sedangkan peserta didik menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam
pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu
menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan menetapkan pembagian
level, atau kelompok kegiatan atas dasar kemampuan peserta didik yang terkait
dengan tingkat berat dan kesulitan aktivitas yang akan dilakukan. Misal level 1
merupakan level yang paling mudah, level 2 lebih sulit dari pada level 1, level
3 lebih sulit dari pada level 2 dan seterusnya. Disamping menetapkan pembuatan
level, guru juga menetapkan kriteria kemampuan pada tiap levelnya. Selanjutnya
siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada level yang mereka anggap sesuai
dengan kemampuannya (siswa) sendiri dan siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi
kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh
guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang
lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus
pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.
Tujuan
gaya inklusi :
q
Melibatkan semua siswa
q
Penyesuaian thd perbedaan individu
q
Memberi kesempatan utk memulai pd tingkat kemampuan sendiri
q
Memberi kesempatan utk mulai kerja dg tgs-tgs yg ringan ke berat, sesuai dg
tingkat kemampuan siswa
q
Melajar melihat hub antara kemampuan merasa dg tgs apa yg dpt dilakukan oleh
siswa
q
Individualisasi dimungkinkan, krn memilih diantara alternatif tingkat tgs yg
telah disediakan
Peranan
Guru:
a.
Membuat keputusan pada pra pertemuan
b.
Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan
yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk
beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit
Implikasi
gaya Inklusif :
ü
Siswa dapat terlayani dengan perbedaan individu
ü
Adanya perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kenyataan yang
ada
ü
Fokus perhatian ke individu siswa
ü
Siswa membandingkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan
fisik
ü
Memilih dan merancang pokok bahasan
Keputusan-keputusan
Siswa:
o
Memilih tugas-tugas yang tersedia
o
Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
o
siswa mencoba tugasnya
o
Siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih
mudah, berdasarkan hasil tugas awal
o
Mencoba tugas berikutnya
o
Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
o
Prosesnya dilanjutkan
GUIDED DISCOVERY ( GAYA PENEMUAN TERBIMBING )
Penemuan
adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund "discovery adalah proses
mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip".
Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
Sedangkan menurut Jerome Bruner "penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu". Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru(PPPG,2004:4). Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang di mana siswa berpikir sendiri sehingga dapat "menemukan" prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Dengan penjelasan di atas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan ter bimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus,sifat) (PPPG,2003:4).
Perlu
diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding
dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama
apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan
'mengkonstuksi' sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5).
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut
Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini
berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru
matematika adalah sebagai berikut :
a.
Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir
sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b.
Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan
menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan
siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan,
atau LKS.
c.
Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d.
Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan
siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e.
Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi
konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakan soal latihan
atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.
Memperhatikan langkah-langkah model
pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan
kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing
adalah sebagai berikut :
a.
Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b.
Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c.
Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan
wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa
juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e.
Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya
Sedangkan
kekurangannya sebagai berikut :
a.
Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak
semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa
siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c.
Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini
PROBLEM SOLVING ( PEMECAHAN MASALAH )
Problem solving pada dasarnya adalah siswa memecahkan masalah baik secara
individu maupun kelompok. Disini guru memberikan tugas atau masalah yang akan
mengarahkan siswa kepada jawaban yang bisa diterima. Gaya ini terdiri atas
masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Dalam pengertian yang luas,
problem solving ini meliputi guided discovery, convergent problem solving, dan
divergent problem solving (Pica, 1995). Dalam guided discovery, guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah. Convergent problem solving atau sering disebut juga discovery atau
inquiry, ditandai dengan adanya satu atau banyak jawaban yang benar terhadap
masalah yang diajukan oleh gurunya. Dalam gaya ini siswa terlibat secara aktif
dalam penggunaan alasan alasan logis, pemikiran pemikiran yang kritis, dan
“trial dan error” sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Sedangkan diveregent problem yang sering disebut juga exploration ditandai
dengan adanya istilah jawaban benar salah, sebagai penggantinya, variasi atau
banyak macam jawaban yang sesuai dengan tingkat kemampuan siwa masing masing
sangat diharapkan dalam gaya ini.
Langkah-langkah
pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:
- Penyajian masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
- Tentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
- Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
- Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
- Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.
Keuntungan
atau kerugian :
Keuntungan
yang didapat dari metode ini antara lain ialah:
·
Efektif untuk proses belajar yang tujuannya memperkenalkan aklimatisasi,
dan konseptualisasi tugas gerak atau suatu keterampilan gerak.
·
Sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan
fakta yang diperoleh.
Sedangkan
kelemahan metode ini pada umumnya dapat dikemukakan sbb:
·
Sering menimbulkan kesan tidak teratur karena siswa belajar tidak seragam.
·
Bagi mereka yang tingkat inteleknya agak kurang metode ini malah menjadi
ajang
trial and error yang tak berkesudahan
·
Merumuskan tujuan yang layak untuk siswa bersangkutan itu merupakan
suatu
upaya yang sukar, sehingga terjadi rumusan tujuan diluar jangkauan.
SELF TEACHING STYLE ( PENGAJARAN DIRI SENDIRI
)
Metode ini menekankan pada pemberian
kebebasan yang lebih luas pada siswa. Kebebasan itu berupa penilaian terhadap
kemajuan belajarnya oleh dirinya sendiri, kemudian atas dasar penilaiannya itu
siswa membuat keputusan sendiri untuk melanjutkan atau mengulang gerakan atau
melanjutkan dengan gerakan atau pokok bahasan yang lebih lanjut. Dengan kata
lain, bahwa keputusan yang harus dibuat siswa itu berkenaan dengan pelaksanaan
tugas gerak/pokok bahasan, penilaian hasil belajar oleh dirinya sendiri, dan
laju proses belajar itu sendiri. Motivasi adalah pendorong yang sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang hadir pada diri siswa. Dengan
demikian proses belajar siswa ini tidak semata-mata dirangkai dari luar dirinya
tetapi juga ada dorongan batin dirinya sendiri.
Keuntungan
atau Kerugian
Keuntungan
yang dapat diperoleh dari gaya ini antara lain ialah:
Ø
Membina kemandirian dan mengembangkan kemampuan membuat keputusan berdasarkan
pertimbangan sendiri.
Ø
Memberikan kesempatan belajar berdasarkan tempo dan irama belajar atau
kecepatan
belajar dirinya sendiri.
Ø
Mengandung pembinaan motivasi diri siswa.
Kelemahan-kelemahan
yang terkandung gaya ini antara lain dapat
dikemukakan
sebagai berikut:
Ø
Karena kendali guru bersifat longgar, maka materi ini sering menimbulkan
kesemerawutan dalam pelaksanannya.
Ø
Memberikan kesempatan menguatkan sifat individualistis yang berkelebihan.
Ø
Kurang mengembangkan sifat sosial pada diri siwa.
Ø
Untuk gerakan yang kompleks yang membutuhkan penjagaan dan bantuan khusus guru
metode kurang cocok, sehingga metode ini hanya terbatas pada gerakan sederhana
dan tunggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar